Kesehatan · Tesis · Uncategorized

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Lansia

1. Pola Makan

Menurut Nugroho (2000) secara umum kebutuhan nutrisi pada lansia adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan kalori pada lansia; laki-laki 2.100 kalori sedangkan perempuan 1.700 kalori. Kebutuhan kalori ini dapat di modifikasi tergantung keadaan lansia.
b. Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
c. Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadinya penyakit, 15% – 20% dari total kalori yang dibutuhkan.
d. Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20% – 25% dari total klori yang dibutuhkan.
e. Vitamin dan mineral, sama dengan kebutuhan orang usia muda.
f. Air, 6 – 8 gelas per hari.
Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong dalam Sri Karjati (1985) dalam berbagai nformasi yang memberikan gambaran mengenai makan dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Tips hidup sehat sehubungan dengan makanan adalah pada jam makan selingan, yaitu antara jam 9 – 10 pagi dan jam 3 – 4 sore hindari memakan makanan tinggi kaloriseperti wafer, donat, cokelat, es krim, dan lain-lain, dan sebagai penggantinya adalah buah-buahan tinggi serat tetapi rendah kalori. Hindari makan malam yang terlalu dekat dengan waktu tidur, paling sedikit 3 jam sebelumnya, karena pada waktu tidur aktivitas tubuh sangat rendah sehingga penyerapan makanan menjadi paling banyak. (…..06 Agustus 2007,http.//www.waspada.go.id. diakses 1 mei 2010)

Menurut Moehji (2003) berbagai kondisi dan masalah yang dialami lansia mengharuskan dilakukannya pengaturan makanan untuk menegah terjadinya gangguan kesehatan selanjutnya. Petunjuk yang dapat digunakan dalam mengatur makanan bagi lansia :
a. Penggunaan bahan makanan sumber karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh sebagai sumber karbohidrat adalah nasi, roti, mie, bihun, kentang, makaroni, dan gula. Dengan diharuskannya membatasi kandungan energi dalam makanan, maka penggunaan bahan makanan sumber karbohidrat juga harus dibatasi.

b. Kandungan lemak dalam makanan
Dalam hal penggunaan lemak ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu :
1) Kadar lemak total dalam makanan dianjurkan tidak melebihi 20% dari total energi dalam makanan. Jadi seorang laki-laki lansia dengan berat badan 60 kg dan tinggi 162 cm memerlukan 2200 kalori sehari, maka kalori yang berasal dari lemak lebih dari 450 kalori setara dengan 50 gr lemak total yang ada dalam makanan.

2) Kandungan asam lemak dalam makanan
Dalam lemak makanan terdapat senyawa yang disebut asam lemak. Ada dua macam asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh harus dibatasi karena akan menyebabkan tingginya kadar lemak dalam darah yang dapat mempermudah terjadinya pengerasan pembuluh darah (atherosklerosis).

a. Penggunaan susu sebagai zat kapur
Untuk mencegah terjadinya kekurangan zat kapur dapat digunakan susus tak berlemak (susu non-fat) melalui pemberian 1 gelassetiap hari.

b. Konsumsi sayur-mayur
Berbagai jenis sayur-mayur merupakan sumber mineral disamping serat yang sangat banyak fungsinya untuk lansia. Disamping dapat mencegah konstipasi, serat diperlukan untuk mengatur gula darah, menghambat penyerapan lemak dan kolesterol dan mencegah penyakit kanker usus. Karena itu konsumsi sayuran dalam jumlah yang cukup sangat dianjurkan untuk lansia.

c. Konsumsi buah-buahan sebagai sumber vitamin
Buah-buahan diperlukan baik sebagai sumber vitamin maupun sebagai sumber serat makanan. Buah-buahan seperti pisang, pepaya, semangka, mangga atau buah-buahan lain yang lunak sangat baik diberikan pada lansia.

d. Konsumsi garam
Konsumsi garam dibatasi ecukupnya saja, kecuali jika ada tanda-tanda hipertensi atau penyakit ginjal yang mengharuskan pantang garam.

f. Konsumsi teh, kopi dan minuman lain
Pemberian teh, kopi dalam jumlah yang terbatas tidak akan menimbulkan kesulitan. Sebaliknya ada kafein dan thein dalam kopi dan teh selain memberikan stimulasi yang membawa pengaruh baik, juga akan memberikan kepuasan psikologis. Pada lansia, konsumsi air harus dijaga dalam jumlahyang cukup agar jumlah urine yang keluar setiap hari berkisar antara 1,5 sampai 2 liter.

g. Konsistensi, porsi dan frekuensi makan
Semakin tua, konsistensi makanan harus semakin lunak. Bahan makanan yang sukar dicernasebaikya tidak diberikan. Porsi makanan tiap kali makan juga tidak terlalu besar sehingga saluran pencernaan tidak bekerja terlalu berat. Karena porsi makanan diberikan tiap kali makan harus kecil, maka frekuensi makan harus diperbanyak, yaitu dengan memberikan makanan selingan diantara waktu makan.

2. Pengetahuan
Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, semakin tinggi pendidikan akan semakin baik tingkat pemahaman tentang suatu konsep, cara pemikiran dan pemeriksaan yang tajam dengan sendirinya memberikan persepsi yang baik terhadap obyek yang diamati.
Dalam hal ini lansia hrus bisa memahami dan mengerti tentang pentingnya status gizi bagi tubuh dan keberlangsungan hidupnya. Dengan mengetahui dan memahami amsalah ini, maka perlu adanya upaya untuk mengajarkan bagaimana lansia tersebut dapat mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat yang penting bagi tubuhnya seperti : kebutuhan akan Karbohidrat, Lipid atau Lemak, Protein, Vitamin, Air dan Mineral sesuai dengan standar normal asupan tubuh akan pemenuhan gizi.

3. Gangguan fisik
Masa Lansia sering dimaknai sebagai masa kemunduran, terutama pada keberfungsian fungsi-fungsi fisik. penyebab fisik kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tetapi karena proses menua.
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :

a. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia seringkali terlihat kurus.

b. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.

c. Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.

d. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB yang dapat menyebabkan wasir.

e. Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari.

f. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti sosial lainnya.

g. Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.

h. Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi.
Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan menurunnya aktivitas biologis tubuhnya. (lenteraimpian, februari 27, 2010)

Tesis · Uncategorized

Tinjauan Tentang Lanjut Usia

a. Definisi Lanjut Usia

Defenisi usia tua beragam tergantung pada kerangka pandang individu. Orang tua yang berusia 35 tahun dapat dianggap muda bagi anaknya dan muda bagi orang tuanya. Orang sehat, aktif berusia 65 tahun mungkin menganggap usia 75 tahun sebagai permulaan lansia. Ketika usia pensiun ditentukan pada usia 65 tahun melalui legislasi sosial security pada tahun 1930-an, maka masyarakat Amerika Serikat menerima usia 65 tahun sebagai awal usia tua.

b. Teori-Teori Proses Menua

Menurut Nugroho (2000) sebenarnya secara individual tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda, dimana masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
Beberapa teori berikut menjelaskan tentang proses menua :

a) Teori Biologi

Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)

  1. Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk species-species tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin.
  2. Pemakaian dan Rusak
    Menurut ini kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
  3. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh, yang disebut teori akumulasi atau sisa.
  4. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
  5. Tidak ada perlindungan terhadap; radiasi, penyakit, dan kekurangan gizi.
  6. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto immune Theory)
    Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
  7. Teori Immunologi Slow Virus
    System imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
  8. Teori Stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
  9. Teori Radikal Bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
  10. Teori Rantai Silang Sel-sel tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi.
  11. Teori Program Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.

b) Teori Kejiwaan Sosial

  1. Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)
    Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
  2. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
    Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori-teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
  3. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
    Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan isekitarnya.

c) Batasan-Batasan Lanjut Usia
     Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan.  

Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur:

a. Batasan usia menurut WHO meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (erderl) antara 60 dan 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) antara 75 dan 90 tahun.
4) Lanjut usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
b. Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut: “Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.” Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 BAB I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut Usia adalah seseorang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.”