Kapitalisme menempatkan perempuan sebatas komoditas dan mesin pencetak uang
Problem perempuan seolah tak berkesudahan. Di berbagai belahan dunia manapun, perempuan mengalami penderitaan hingga terenggut kehormatan dan kemuliaannya. Sistem kapitalisme bertanggungjawab akan semua penderitaan ini.
Perbudakan Modern
Perempuan sadar atau tidak telah diperbudak sistem kapitalisme. Perbudakan modern yang dipropagandakan mampu menjunjung harkat dan martabat perempuan, padahal menjerumuskan. Seperti perbudakan perempuan di bidang ekonomi. Jutaan perempuan dijadikan pekerja, diperas keringatnya demi mendatangkan pundi-pundi rupiah. Ada dua jenis, yakni mereka yang bekerja di sektor kasar dan berkarier di gedung kantoran yang nyaman.
Sebagai pekerja kasar, misalnya fenomena jutaan perempuan menjadi tenaga kerja wanita (TKW) atau buruh pabrik. Mereka digaji, tapi tidak memadai (apalagi jika dikompensasi dengan hilangnya momentum mereka dalam menjalankan fungsi keibuan). Sebagian besar bekerja dalam tekanan, ketidaknyamanan dan tidak aman.
Lalu wanita karier, mereka diperas otaknya untuk berkontribusi pagi pencapaian target-target perusahaan. Mereka digaji besar, tapi juga harus dibayar mahal dengan hilangnya waktu dan kesempatan emas bagi diri dan keluarganya.
Selain itu, tak sedikit pula pesona kecantikan perempuan yang dijadikan modal dalam bekerja. Seperti dijadikan sales promotion girl dan sejenisnya yang berfungsi tak lebih sebagai umpan dalam mendatangkan pembeli potensial.
Tak beda jauh, di dunia hiburan, tubuh perempuan dijual sebagai komoditas murahan. Mulai ujung rambut sampai ujung kaki dieksploitasi. Tapi, tentu saja dengan cara-cara yang tampak elegan dan bermartabat. Termasuk dijadikannya perempuan sebagai duta-duta kecantikan, model fashion, dll. Mereka dipuja dan dijadikan rule model bagi perempuan umumnya.
Perempuan pun diperbudak gaya hidup modern. Betapa saat ini perempuan tergila-gila dengan fashion dan mode. Mereka juga gandrung dengan brand terkenal. Nilai perempuan sebatas apa yang dikenakan. Perempuan dianggap berkepribadian jika sekujur tubuhnya tersemat aneka produk branded, terkini dan termahal. Perempuan seolah diwajibkan selalu shopping, travelling, nyalon (ke salon kecantikan, red), arisan, reuni, dll.
Yang paling mengenaskan, perempuan modern kini hanya dinilai sex appeal-nya dan dijadikan budak seks. Bukan sekadar sebagai korban, tapi juga subyek. Betapa banyak perempuan yang rela menjadi selingkuhan, simpanan, model porno, pemain film mesum, dan bahkan melacurkan diri. Tak sedikit pula perempuan yang rela menjadi aktivis seks bebas demi memenuhi hasrat seksualnya.
Di samping yang secara sadar, banyak pula perempuan yang dipaksa menjadi budak seks. Seperti para korban perdagangan perempuan hingga menjerumuskan mereka ke lembah hitam. Hal ini karena dalam kapitalisme, pelacuran adalah legal.
Begitulah, kapitalisme telah menyebabkan perbudakan perempuan. Perempuan dipandang dan diperlakukan sebatas komoditas dan mesin pencetak uang.
Dehumanisasi
Perbudakan atas perempuan terjadi karena dunia, baik Timur maupun Barat, gagal menjamin kebutuhan perempuan. Di Barat, gambaran kesuksesan perempuan sebagai wanita karir sukses, telah menjadi suatu kesesatan menakutkan. Memang mereka kaya, tapi gagal mengurus anak dan suami. Mereka frustasi karena tidak mendapatkan perhatian dan kering kasih sayang. Sebagai pelarian, mereka mencari kebahagiaan materi dan jasadi. Seperti memanjakan diri dengan produk bermerek, perawatan diri, dunia gemerlap dan seks bebas.
Di Timur, kondisinya tak beda jauh. Mengapa? Karena negara-negara di Timur juga sama-sama menerapkan sistem sekuler-kapitalis yang cacat dan eksploitatif. Kepemimpinan di dunia Islam telah gagal menjamin kebutuhan finansial kaum perempuan, sehingga mendorong jutaan perempuan jatuh ke dalam belenggu kemiskinan.
Kondisi ini memaksa banyak perempuan meninggalkan rumah dan anak-anak mereka demi sesuap nasi, dalam kondisi tak jauh dari perbudakan. Atas nama pemberdayaan perempuan, mereka dipaksa menjadi pekerja. Perempuan dipaksa memikul peran ganda yang menindas mereka, yakni sebagai pencari nafkah sekaligus ibu rumah tangga.
Pada saat dilema memuncak, peran ibu rumah tangga yang dikorbankan. Akibatnya, peran keibuan semakin direndahkan. Terjadilah dehumanisasi kaum perempuan menjadi sekadar komoditas ekonomi yang membawa keuntungan finansial bagi negeri mereka.
Kebohongan
Menghadapi kenyataan ini, negara pengemban kapitaslisme tampak sedang berusaha menunjukkan bahwa mereka peduli pada kondisi perempuan. Dibuatlah beragam resep yang diklaim jitu mengangkat derajat kaum perempuan. Seperti kesetaraan dan keadilan gender, pemberdayaan perempuan, kemandirian finansial perempuan, perempuan kepala rumah tangga, kebebasan berekspresi dan kebebasan berperilaku.
Namun yang terjadi, semua itu justru mengekalkan ketidakberdayaan perempuan dalam berbagai nestapa. Pemerintahan dunia saat ini sedang berbohong, melakukan penipuan besar, dan berpura-pura peduli pada perempuan. Itulah karakter kapitalisme.
Hanya Khilafah
Kepada siapa perempuan mengharap solusi atas problematika mereka? Konferensi Perempuan Internasional di Jakarta, 22 Desember lalu menjawabnya. Tokoh-tokoh perempuan dari seluruh dunia Islam menunjukkan dengan gamblang kegagalan kapitalisme dan menawarkan khilafah sebagai solusi.
Khilafah, sistem yang mencakup cara pandang luhur terhadap perempuan. Perempuan dimuliakan kedudukan dan kehormatannya dengan tidak boleh diekploitasi. Dijagalah kehormatan perempuan dengan didudukkannya sebagai ibu, manajer rumah tangga dan pendidik anak-anak.
Diangkatlah dari pundak perempuan beban untuk mencari nafkah, sebaliknya kaum laki-laki atau khilafah sendirilah yang akan menjaminnya. Dijauhkannya perempuan dari bahaya perusak moral, dengan diwajibkannya menutup aurat, dilarang mengeksploitasi tubuh, dan dijatuhkannya sanksi berat bagi pelaku pelecehan perempuan.
Khilafah, dengan kepemimpinan amanah ala min haj nubbuwah akan menjamin keamanan dan kenyamanan kaum perempuan dalam beraktivitas, baik di ranah publik maupun domestik. Duhai kaum perempuan, sudah saatnya kita campakkan kapitalisme dan menuntut tegaknya Khilafah demi kehormatan dan kemuliaan kita, dunia dan akhirat. Wallahuálam
Sumber : http://mediaumat.com